Dalam perekonomian, dikenal suatu istilah yang dinamakan dengan Indeks Kesengsaraan atau Misery Indeks. Banyak ekonom yang menganggap indeks kesengsaraan sebagai tolok ukur dari perekonomian suatu negara. Untuk lebih jelasnya, yuk simak artikel berikut ini!
Apa Itu Indeks Kesengsaraan?
Indeks Kesengsaraan (Misery Index) atau dikenal sebagai Indeks Ketidaknyamanan Ekonomi (Economic Discomfort Index), digunakan untuk mengukur kesulitan ekonomi secara keseluruhan. Beberapa ekonom menganggapnya sebagai ukuran yang berguna dari “kesengsaraan” dalam suatu perekonomian.
Indeks Kesengsaraan merupakan hasil dari jumlah pengangguran saat ini ditambah dengan tingkat inflasi saat ini. Indeks Kesengsaraan pertama kali diusulkan pada awal 1970-an oleh Arthur Okun. Para ekonom menganggap pengangguran dan inflasi sebagai dua faktor terpenting bagi pengalaman konsumen di pasar.
Pengangguran biasanya menentukan akses individu terhadap uang tunai. Pengangguran yang tinggi akan cenderung mengurangi kekayaan di seluruh perekonomian, meningkatkan jumlah orang tanpa pendapatan, dan mendorong upah turun secara menyeluruh. Singkatnya, lebih banyak orang akan memiliki lebih sedikit uang untuk dibelanjakan.
Di sisi lain, inflasi adalah proses kenaikan harga. Tingkat inflasi tahunan adalah tingkat kenaikan harga barang dan jasa secara keseluruhan, yang mengikis daya beli konsumen dengan membuat produk yang sama lebih mahal dari waktu ke waktu.
Inflasi dan Pengangguran Bergerak Berlawanan
Biasanya pengangguran dan inflasi bergerak berlawanan siklus satu sama lain. Ketika pengangguran naik, konsumen kehilangan kekayaan dan harga turun karena toko bersaing untuk mendapatkan pelanggan yang semakin langka. Selama masa pengangguran rendah, konsumen menjadi lebih kaya, dan toko dapat membebankan harga yang lebih tinggi karena permintaan melebihi penawaran.
Namun, dalam kasus yang jarang terjadi, pengangguran dan inflasi meningkat bersamaan. Faktanya, bukan kebetulan bahwa Misery Index mulai populer digunakan selama tahun 1970-an, yaitu era pengangguran dan inflasi tinggi yang dikenal sebagai “stagflasi”.
Selama kondisi ini, konsumen memiliki lebih sedikit uang untuk dibelanjakan, sementara harga juga meningkat. Faktor-faktor ini meningkatkan kesulitan konsumen secara keseluruhan, atau “kesengsaraan”. Indeks Kesengsaraan mengukur kepedihan ekonomi gabungan ini, dan indeks yang tinggi menunjukkan bahwa hubungan ketenagakerjaan/inflasi mungkin tidak seimbang.
Pro-Kontra Indeks Kesengsaraan
Para ekonom menganggap Indeks Kesengsaraan sebagai eksperimen pemikiran yang cacat, karena hanya memberikan nuansa umum untuk kondisi ekonomi. Para ekonomi menganggap bahwa pengangguran merupakan “indikator lagging”. Indeks ini menghilangkan informasi penting tentang pengalaman konsumen lain, seperti pertumbuhan PDB, pertumbuhan upah dan gaji, partisipasi angkatan kerja, dan lain-lain
Misalnya, pada tahun 2016 tingkat pengangguran rata-rata di Amerika Serikat adalah 4,7%, hampir di atas dari yang dianggap para ekonom sebagai “pekerjaan penuh”. Pada saat yang sama inflasi adalah 1,3%. Ini membuat Indeks Kesengsaraan gabungan sebesar 6,0, yang menunjukkan bahwa ekonomi AS secara umum dalam kondisi sangat baik.
Namun, hasil gabungan ini kehilangan banyak hal. Itu akan kehilangan proporsi pendapatan pribadi yang semakin besar untuk harga rumah dan biaya sewa. Itu juga melewatkan peningkatan jumlah pendapatan rumah tangga yang didedikasikan untuk pembayaran utang. Indeks Kesengsaraan ini juga tidak menangkap fakta bahwa pertumbuhan upah tetap stagnan, yang mendorong ketidakamanan finansial yang meluas.
Faktanya, pertumbuhan upah yang rendah ini membantu menjaga inflasi tetap rendah meskipun pengangguran tinggi (orang memiliki lebih sedikit uang untuk dibelanjakan, menjaga harga tetap rendah). Hal ini pada gilirannya mengurangi Indeks Kesengsaraan, membuatnya tampak seolah-olah konsumen lebih baik sebagai akibat dari upah yang rendah dan stagnan.
Bagaimana Menyikapi Indeks Kesengsaraan?
Indeks Kesengsaraan adalah eksperimen pemikiran yang menarik, dan dapat berguna sebagai perhitungan di “kertas”. Sebaiknya, jangan salah-artikan indeks ini sebagai data ekonomi riil.
Hal ini karena pengangguran dan inflasi adalah fenomena kompleks yang tidak sepenuhnya dipahami, dan terkadang berubah dengan cara yang tidak terduga. Kesengsaraan manusia tidak selalu secara eksklusif bergantung pada pendapatan dan daya beli.
Pertimbangkan untuk berbicara dengan orang yang “ahli” tentang cara menafsirkan Indeks Kesengsaraan, serta apakah itu relevan dengan strategi investasimu. Kamu dapat berdiskusi lebih lanjut di forum traderhub bersama mentor-mentor profesional kami. Silakan klik di sini.